Judul Buku | La Tahzan |
---|---|
Penulis | DR. 'Aidh al-Qarni |
Penerbit | Qisthi |
Harga | Rp 105.000,00 |
SUMMARY
Jika kita membaca buku-buku petunjuk cara hidup, nuansa yang akan kita dapatkan dalam buku-buku itu adalah bagaimana kita mencapai kesuksesan dunia, atau lebih tepatnya kesuksesan materiil. Hal ini banyak kita dapatkan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis barat yang memang hanya berorientasi pada materi semata.
Buku-buku yang dianggap sangat berpengaruh dan menjadi best seller semisal, The Magic of Thinking Big, karya David J. Schwart, How to Stop Worrying and Start Living, karya Dale Carniege, The Seven Habits of Highly Effective Life, karya Steven R. Covey, kita akan mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis ke arah kebahagiaan yang lebih cenderung duniawi daripada ukhrawi. Allah dan akhirat tidak menjadi bagian paling penting dalam kajian-kajian mereka. Di sinilah, menurut orang-orang beriman, letak kekurangannya meski karya-karya mereka enak dibaca. Sisi kerohaniannya terasa begitu kurang.
Berbeda ketika kita membaca buku La Tahzan karya DR. ‘Aidh al-Qarni. Buku ini sangat padat dengan nuansa ukhrawi tanpa mengesampingkan sisi-sisi duniawi. Kita diajak untuk menjadi idealis dengan tetap realistis, menjadi ukhrawi dan duniawi sekaligus, mempersiapkan kehidupan masa kini namun tak lupa masa depan, diajak bekerja dengan keras dan diajak pula beristirahat.
Dari 572 halaman dan banyak sekali bab yang terdapat pada buku La Tahzan, saya sangat tertarik pada bab ke-3 “Hari Ini Milik Anda”. Pada bab ini DR. ‘Aidh al-Qarni membahas tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi masa lalu yang telah terjadi dan masa depan yang masih belum terjadi. Beliau menuntun kita untuk tidak perlu bersedih dan menyesal dengan apa yang telah terjadi pada diri kita. Penyesalan terhadap masa lalu tersebut sangat merugikan kita dan tidak akan dapat memutar waktu kembali. Cemas dan gelisah terhadap masa depan juga merugikan kita, karena masa depan itu masih gaib dan hanya Allah yang tahu.
Kita sebenarnya sangat merugi jika harus menyesal dan cemas terhadap masa lalu dan masa depan. Kita semestinya memiliki prinsip : Harimu adalah hari ini. Yakni, bila hari ini kita dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka apakah nasi basi yang telah kita makan kemarin atau nasi hangat esok hari (yang belum tentu ada) itu akan merugikan kita?
Jika kita dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa kita harus bersedih atas air asin yang kita minum kemarin, atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?
Selain bab “Hari Ini Milik Anda” yang sangat menarik dan menuntun. Gaya bahasa dan penulisan yang lugas pada buku ini, seakan meninggalkan nuansa buku-buku Arab klasik meski membahas tema yang sama. Buku La Tahzan ini terasa lebih modern dan dapat diterima oleh semua kalangan tanpa terkecuali.
Setiap karya manusia pasti memiliki kekuranngan. Begitu pula pada buku La Tahzan. Cover buku berwarna kuning ini terasa keras sehingga jika kita terlalu lama membaca dan memegangnya, tangan kita akan sedikit pegal dan kaku.
Terlepas dari kekurangan pada sisi cover, buku ini banyak memiliki kebaikan dan kelebihan. Kita harus menjadi manusia Islam yang bahagia ukhrawi maupun duniawi. Kita harus mensyukuri semua yang telah diberikan Allah dan jangan bersedih atas cobaan dan keterbatasan yang diberi-Nya kepada kita. Buku La Tahzan ini sangat banyak memberikan petunjuk cara hidup bahagia ukhrawi dan duniawi.
|
La Tahzan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment